Legenda Bajang Dieng adalah Legenda rakyat di kawasan dataran tinggi Dieng. Datangnya rambut gembel yang diturunkan oleh Ratu Kidul penguasa Laut Selatan dan dititipkan kepada Tumenggung Kolo Dete kepada keturunannya menjadi sebuah tradisi yang sacral bagi masyarakat kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Kakek Moyang Rambut Gembel
Pada masa kerajaan medang Kamulyan, sebelum Majapahit sesudah Kediri datanglah 6 orang panglima perang dari Kraton Jogjakarta dengan tujuan mengasingkan diri berbekal beras merah dan ir putih. Mereka memilih kawasan Dieng karena mereka menganggap bahwa Dieng adalah tempat yang sempurna untuk meminta kepada Sang Hyang agar semua permintaannya dikabulkan. Adapun ke enam orang itu adalah :
1. Tumenggung Kolo Dete
2. Buyut Citra (Dieng)
3. Mbah Rewok (Dieng)
4. Kyai Jagang Jaya (Dieng)
5. Noto Yudho (Karangtengah)
6. MAngku Yudho (Karangtengah)
Ke enam inilah yang nantinya menjadi cikal bakal kawasan Dieng. Perjuangan mereka membuka lahan dan mengabdikan diri kepada Sang Hyang baik siang maupun malam tanpa mengenal lelah. Akhirnya terkabulkanlah oleh Sang Hyang sehingga tercipta Dieng.
Diantara enam orang tersebut terdapatlah kakek moyang rambut gembel yaitu Tumenggung Kolo Dete yang semasa hidupnya di beri amanat oleh Nyi Ratu Kidul untuk menitipkan rambut gembel yang pada akhirnya akan diminta kembali oleh Nyi Ratu Kidul. Selang beberapa waktu Tumenggung Kolo Dete, mukswa (mati tanpa meninggalkan raga) tahun1561 saka atau tahun 1628 Masehi di Gunung kendil (Pertapaan Giri Kala Wacana) dan diangkat oleh Sang Hyang menjadi penguasa di kawasan Tinggi Dieng. Sepeninggal Tumenggung Kolo Dete, Dieng dititipkan kepada kelima panglima tersebut dan seluruh anak cucunya untuk merawat dan melestarikan kawasan Dieng. Beliau juga berpesan bahwa seluruh anak cucu beserta keturunannya akan dititipi rambut gembel. Yang suatu saat akan di minta kembali oleh Nyi Ratu Kidul.
Mendapat pesan dari Tumenggung Kolo Dete, kelima panglima itu bingung. Mereka menanyakan satu sama yang lain, mereka bersepakat untuk bersemedi untuk mencari petunjuk. Dalam bersemedi kelima panglima tersebut memilih tempat masing2 sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh Tumenggung Kolo Dete.
Mbah Buyut Citra bersemedi di pertapan Giri Kalawacana (Gunung Kendil)
Mbah Rewok (Dieng) bersemedi di Goa Semar
Kyai Jagang Jaya (Dieng) bersemedi di Candi Bima
Noto Yudho (Karangtengah) bersemedi di Telaga Warna
MAngku Yudho (Karangtengah) bersemedi di Bima Lukar
Sekembalinya dari semedinya , masing2 mereka mengutarakn apa yang mereka dapatkan.
Datangnya Rambut Gembel
anak rambut gembel |
Dalam semedinya Mbah Buyut Citra mendapat bisikan bahwa rambut gembel pada keturunannya akan ditandai dengan sakit panas yang sangat tinggi pada usia 2 tahun, selama 2 minggu dan bisa sembuh tanpa obat. Hal itu terus berulang kali setiap akan tumbuh Gembel. Maka Mbah Buyut Citra menyarankan kepada seluruh penghuni kawasan Dieng sampai keturunannya bahwa keturunannya akan kelak akan mendapatkan titipan dari Tumenggung Kolo Dete berupa rambut Gembel yang nantinya akan diminta kembali dari Ratu Kidul. Rambut Gembel yang tumbuh pada keturunannya adalah sebuah anugerah yang diberikan kepada anak anak terpilih
Ruwat Rambut Gembel (Cukur)
41 hari 41 malam Mbah Rewok bersemedi , beliau ditemui oleh sesosok Tumenggung Kolo Dete yang berpakaian jubah putih berambut panjang berucap “ Rambut Gembel pada keturunan mu harus di ruwat, dan anak yang diruwat harus memakai kain putih beralaskan kain putih yang dipayungi payung rotak (payung kertas) di taburi beras kapurata (beras yang ditumbuk dengan kunyit dan kencur), namun sebelum diruwat apa yang diminta si anak harus dipenuhi. JIka tidak akan sakit dan tumbuh Gembel kembali Potongan rambut tersebut harus diletakan dalam cawan putih berisi air dari Bima Lukar di sertai Bunga Setaman agar rambut Gembel diterima Nyi Ratu Kidul dalam keadaan suci”. Setelah itu Mbah Rewok merasa lega atas apa yang dirisaukannya.
Sesaji Rambut Gembel
Sekembalinya ki Jagang Jaya, Noto Yudho, dan Mangku Yudho dari semedinya , mereka pun mengutarakan apa yang di dapatinya kepada mbah Citra dan Mbah Rewok.
Kyai Jagang Jaya berkata “ sebelum rambut Gembel dipotong, semua kerabat dan saudara harus member beberapa sesaji berupa tumpeng robyong, yang melambangkan persatuan agar sanak saudara bersatu menjaga dan mengutamakan kebersamaan dalam kehidupan, tumpeng rombyong ini dipersembahkan untuk Nyi Robyon dan Ki Robyong yang sudah menjaga Rambut Gembel dari datangnya sampai dikembalikan rambut Gembel kepada Nyi Ratu Kidul, kemudian tumpeng kalung, agar anak yang diruwat gembelnya mendapat rejeki dari yang Maha Kuasa, selanjutnya panggang Ayam “sarana untuk membersihkan jiwa anak dari ganggua roh jahat yang mengelilinginya”, dan yang terakhir adalah “jajan pasar” kelak anak yang diruwat lekas cepat besar dan berpikiran dewasa dalam menemukan jalan kehidupan, itulah sesaji yang dipenuhi agar terbebas dari kesukaran,
Larungan Rambut Gembel
Tidak ketinggalan Noto Yudho dan Mangku Yudho mengutarakan hal yang senada, Rambut Gembel yang sudah di ruwat harus dilarung agar sampai ke Nyi Ratu Kidul, untuk itu mereka menunjukkam tempat mana yang terdapat air, yang mengalir ke pantai Selatan. Maka dipilihlah telaga warna, kaleran telaga ini memiliki arti tersendiri diantaranya adalah :
Warna merah melambangkan amarah
Warna hitam melambangkan sofiah
Warna putih melambangkan mutmainah
Warna kuning melambangkan alulamah
Dan warna hijau yang melambangkan pancer (penyatu sifat warna).
Karena rambut mengandung 4 (empat) sifat yang sama dengan warna telaga warna, jadi mereka setuju untuk melarung rambut Gembel di telaga warna.
Semenjak itulah muncul rambut gembel di dataran tinggi Dieng, denga kepercayaan dan keyakinan dari masyarakat, ruwat rambut Gembel di jadikan tradisi yang berlangsung secara turun temurun sampai saat ini dan menjadi salah satu objek pariwisata di Dieng.
Acara ruwatan rambut gembel ini pertama kali digelar di kompleks candi pada bulan Februari 2010, tepatnya pada acara "Dieng Culture Festival 2010" untuk menarik pariwisata dan kegiatan ini akan dijadikan agenda tahunan sehingga dapat mendongkrak kunjungan wisata di Dataran Tinggi Dieng. Selain ruwatan rambut gimbal berbagai atraksi kesenian khas Dataran Tinggi Dieng, antara lain Tari Rampyak Pringgondani, Warok Jenggot Lestari, dan Tari Topeng Sri Widodo.
Sumber: Buku Legenda Bajang Dieng
Nara sumber : Bpk Rusmanto (Juru kunci / Sesepuh Dieng) & Bpk Kuswanto (sesepuh dan penghayat kebudayaan Dieng).